Analisa
ragam budaya
Keanekaragaman budaya Indonesia dari Sabang
sampai Merauke merupakan aset yang tidak ternilai harganya, sehingga harus
tetap dipertahankan dan terus dilestarikan.
Budaya merupakan suatu kebiasaan yang
mengandung nilai – nilai penting dan fundamental yang diwariskan dari generasi
ke generasi. Warisan tersebut harus dijaga agar tidak luntur atau hilang
sehingga dapat dipelajari dan dilestarikan oleh generasi berikutnya
keanekaragaman tersebut terdiri dari :
·
Ragam lisan
Ragam lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan dengan
sarana lisan yang ditandai oleh pengulangan intonasi, spontanitas sehingga
criteria kejelasan ketepatan dan kelugasan terpenuhi oleh si penutur. Ragam
lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu, sedangkan ragam
tulis tidak terikat. Ragam lisan dipengaruhi oleh panjang pendek dan tinggi
rendah suara sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf capital,
huruf miring dll.
Ragam bahasa lisan meliputi :
a. Ragam bahasa
cakapan adalah ragam bahasa yang dipakai apabila pembicara menganggap kawan
bicara sebagai sesama, lebih muda, lebih rendah statusnya atau apabila topik
pembicara bersifat tidak resmi.
b. Ragam bahasa
pidato adalah ragam bahasa yang digunakan saat membacakan pidato dimuka umum.Biasanya
pidato berisi penegasan kalimat untuk bias diterima si pendengar.
c. Ragam bahasa
kuliah adalah ragam bahasa yang digunakan pada saat kuliah yaitu pada saat
pembelajaran antar mahasiswa dan dosennya.
d. Ragam bahasa
panggung adalah ragam bahasa yang digunakan seseorang saat dpanggung ketika
mengsi acara hiburan lain agar bias diterima penonton.
Ciri – ciri ragam
bahasa lisan :
a. Memerlukan
kehadiran orang lain
b. Unsur gramatikal
tidak dinyatakan secara lengkap
c. Terikat ruang
dan waktu
d. Dipengaruhi oleh
tinggi rendahnya suara
Kelebihan ragam bahasa lisan :
a. Dapat
disesuaikan dengan situasi
b. Faktor
efisiensi
c. Faktor
kejelasan karena pembicara menambahkan unsure lain berupa tekan dan gerak anggota badan agah pendengar
mengerti apa yang dikatakan seperti situasi, mimik dan gerak-gerak pembicara.
d. Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi
pendengar terhadap apa yang dibicarakannya.
e. Lebih bebas
bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian bahasa yang
dituturkan oleh penutur
f. Penggunaan
bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan penafsiran dari informasi audit,
visual dan kognitif
Kekurangan ragam bahasa lisan :
a. Bahasa lisan
berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frase-frase
sederhana.
b. Penutur sering mengulangi beberapa kalimat
c. Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan
d. Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal
·
Ragam tulisan
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis,
kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa
dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya
kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat,
ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca
dalam mengungkapkan ide.
Contoh dari ragam bahasa tulis adalah surat, karya ilmiah,
surat kabar, dll. Dalam ragam bahsa tulis perlu memperhatikan ejaan bahasa
indonesia yang baik dan benar. Terutama dalam pembuatan karya-karya ilmiah.
Ciri Ragam Bahasa Tulis :
1. Tidak
memerlukan kehadiran orang lain.
2. Tidak terikat
ruang dan waktu
3. Kosa kata
yang digunakan dipilih secara cermat
4. Pembentukan
kata dilakukan secara sempurna,
5. Kalimat
dibentuk dengan struktur yang lengkap, dan
6. Paragraf
dikembangkan secara lengkap dan padu.
7. Berlangsung
lambat
8. Memerlukan
alat bantu
Kelebihan ragam bahasa tulis :
a. Informasi yang
disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau materi yang menarik dan
menyenangkan.
b. Umumnya
memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
c. Sebagai sarana
memperkaya kosakata.
d. Dapat digunakan
untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau mengungkap unsur-unsur
emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan pembaca.
Kelemahan ragam bahasa tulis :
a. Alat atau
sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada akibatnya
bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
b. Tidak mampu
menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus mengikuti
kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikat dan nilai jual.
c. Yang tidak ada
dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh karena itu dalam
bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
·
Ragam sosial dan ragam fungsional
Ragam Sosial, yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan
kaidahnya berdasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan social yang
lebih kecil dalam masyarakat.
Ragam Fungsional, yaitu ragam bahasa yang dikaitkan dengan
profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam
fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya. Ragam
fungsional ada tiga macam, yaitu:
1. Ragam Bahasa Bisnis: ragam bahasa yang digunakan dalam
berbisnis yang biasa digunakan oleh para pebisnis dalam menjalankan bisnisnya.
2. Ragam Bahasa Hukum: penggunaan bahasa Indonesia dalam
dunia hukum, dimana fungsinya mempunyai karateristik tersendiri.
3. Ragam Bahasa Sastra: ragam bahasa yang banyak
menggunakan kalimat tidak efektif.
·
ragam jurnalis
Pada umumnya kita semua pasti sudah mendengar kata-kata
jurnalis itu sendiri. Bahasa Jurnalis adalah gaya bahasa yang digunakan
wartawan dalam menulis berita. Disebut juga sebagai Bahasa Komunikasi Massa
(Language of Mass Communication, atau disebut pula dengan Newspaper Language),
yakni bahasa yang digunakan dalam komunikasi melalui media massa, baik komunikasi
lisan (tutur) di media elektronik seperti radio dan TV, maupun komunikasi
tertulis seperti media cetak. Dengan ciri khas singkat, padat, dan mudah
dipahami.
Namun seperti yang kita lihat saat ini, masih ada sebagian
orang yang memandang negatif terhadap bahasa yang digunakan oleh kaum jurnalis
tersebut.Hal tersebut dikarenakan bahwa, bahasa jurnalis terlanjur dianggap
sebagai perusak dari bahasa Indonesia dan dianggap sebagai bahasa yang tidak
pantas untuk digunakan. Padahal bahasa yang digunakan oleh para wartawan itupun
adalah bahasa Indonesia yang tetap bersandarkan pada bahasa baku.
Ragam bahasa jurnalis itupun memiliki kaidah-kaidah
tersendiri yang dapat membedakan ragam bahasa jurnalis dengan ragam bahasa yang
lain. Dan bahasa jurnalis yang baik itu haruslah sesuai dengan norma tata
bahasa yang antara lain terdiri atas susunan-susunan kalimat yang benar dan
pemilihan kata yang tepat. Bahkan laras bahasa jurnalis itupun termasuk dalam
laras bahasa baku.
Yang membedakan bahasa jurnalis dengan bahasa Indonesia itu
hanyalah terdapat pada penggunaannya saja. Karena bahasa jurnalis itu digunakan
sebagai bahasa dalam penyampai informasi. Sehingga memiliki ciri khas
tersendiri dibandingkan dengan bahasa lain. Ciri khas dari bahasa jurnalis itu
yaitu singkat, padat, sederhana, jelas, lugas dan menarik. Serta ditandai
dengan penghemataan kata-kata atau pemendekan kalimat. Tergantung dengan jenis
tulisan apa yang akan diberitakan.
Jadi, ciri utama dari bahasa jurnalis ini secara umum
diantaranya yaitu menggunakan bahasa yang sederhana, singkat, padat, lugas,
jelas, jernih, menarik, demokratis, populer, logis, gramatikal, mengutamakan
kalimat aktif, menghindari kata atau istilah teknis, dan menghindari istilah asing.
Serta, bahasa jurnalis ini tunduk pada kaidah dan etika bahasa baku dalam
bahasa Indonesia.
Adapun ciri khas dari bahasa jurnalis itu sendiri biasa
disebut dengan gaya selingkung. Gaya selingkung merupakan gaya bahasa yang
ditentukan redaksi sebagai salah satu ciri khas dan karakteristik dari bahasa
jurnalis itu sendiri. Dan secara garis besar bahasa jurnalis itu memiliki dua
ciri khas yaitu komunikatif dan spesifik. Komunikatif artinya langsung menuju
pada materi yang ingin dibahas atau langsung ke pokok persoalan (straight to
the point), bermakna tunggal, tidak konotatif, tidak berbunga-bunga, tidak
bertele-tele, dan tanpa basa-basi. Dan spesifik artinya mempunyai gaya
penulisan tersendiri, yakni kalimatnya pendek-pendek, memiliki kata-kata yang
jelas, dan mudah dimengerti orang awam.
Dan untuk karakteristik bahasa jurnalis ini dipengaruhi
oleh banyak hal yang tekait dengan penentuan yang berkenaan dengan permasalahan
apa yang akan dibicarakan, jenis tulisan, pembagian tulisan, dan sumber/bahan
tulisan. Namun, bahasa jurnalis tidak boleh bertentangan dengan kaidah bahasa
Indonesia baku dalam hal pemakaian kosa kata, struktur, sintaksis, dan wacana.
Dan menurut Jus Badudu sendiri (1992:62), bahasa jurnalis
itu harus sederhana, mudah dipahami, teratur, dan efektif. Bahasa yang
sederhana dan mudah dipahami itu sendiri berarti bahwa bahasa jurnalis itu
harus menggunakan kata dan struktur kalimat yang memang mudah dimengerti oleh
para pembaca nantunya. Untuk bahasanya yang teratur itu berarti setiap kata
dalam kalimat yang digunakan tersebut harus ditempatkan sesuai dengan kaidahnya
masing-masing. Sedangkan untuk bahasanya yang efektif itu berarti bahasanya
tidak boleh berbelit-belit, tetapi tidak boleh juga terlalu hemat dalam
penggunaan kata dan kalimat. Karena hal tersebut akan menimbulkan makna dalam
kalimat tersebut menjadi tidak jelas.
Contoh : Korupsi di Indonesia merupakan suatu yang lumrah
dan bahkan menjadi tradisi, terutama bagi para pejabat pemerintah. Salah satu
indikasinya adalah lemahnya sistem penegak hukum di Indonesia yang sampai saat
ini belum bisa menuntaskan tindak pidana korupsi secara maksimal. Oleh karena
itu, masyarakat kecil di Indonesia dan di pedesaan pada khususnya menjadi
terlantar karena sibuknya pemerintah dalam menuntaskan korupsi yang tak kunjung
selesai sampai saat ini. Di Indonesia sendiri bahkan menjadi rangking terkorup
nomer ke 3 di dunia. Sehingga seharusnya para penjahat korupsi harus dihukum
berat seperti yang dilakukan oleh negara Cina. Aparat pemerintah disana
mengambil keputusan berat terhadap para penjahat korupsi dengan menghukum mati.
Berbeda dengan Indonesia yang memberi hukuman ringan dan fasilitas-fasilitas
mewah terhadap para penjahat korupsi.
Kasus koruspi di Indonesia semakin merajalela, yang kaya menjadi tambah
kaya dan yang miskin menjadi tambah miskin. Seharusnya pemerintah harus memberi
hukuman yang berat dan tegas terhadap para pelaku yang terindikasi korupsi.
·
Ragam bahasa yang baik dan benar
Bahasa mengalami perubahan seiring dengan perubahan
masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai
keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai
alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih
variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar
(Subarianto, 2000). Bahasa Indonesia memang banyak ragamnya. Hal Ini karena
bahasa Indonesia sangat luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya.
Oleh karena itu, penutur harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan
dengan keperluannya, apapun latar belakangnya.
Macam-Macam dan Jenis-Jenis Ragam/Keragaman Bahasa :
1. Ragam bahasa
pada bidang tertentu, seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa
jurnalistik,dsb.
2. Ragam bahasa
pada perorangan atau idiolek, seperti gaya bahasa mantan presiden Soeharto,
gaya bahasa benyamin s, dan lain sebagainya.
3. Ragam bahasa
pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek, seperti dialek
bahasa madura, dialek bahasa medan, dialek bahasa sunda, dialek bahasa bali,
dialek bahasa jawa, dan lain sebagainya.
4. Ragam bahasa
pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial, seperti ragam bahasa
orang akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan.
5. Ragam bahasa
pada bentuk bahasa, seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.
6. Ragam bahasa pada suatu
situasi. seperti ragam bahasa formal (baku) dan informal (tidak baku).
0 komentar:
Posting Komentar